Memasuki etape ketiga Atambua-Soe, Jumat (12/9/2025), para pembalap Tour De Entete 2025 terkesan dengan medan yang dihadapi. Mereka yang semuanya baru pertama kali berpacu di NTT menyelesaikan etape di Pulau Timor itu dengan perasaan kagum akan pemandangan dan medan jalan yang begitu bervariasi.
Jalan mendatar, mendaki, dan menurun dengan kelokan-kelokan tajam, pendakian pendek tapi terjal dan pendakian panjang serta turunan curam panjang berliku menguji teknik pengendalian sepeda para pembalap. Sebagaimana diakui pembalap CDF Australia Brenton Joseph Ryan, rute di NTT ini benar-benar menantang.
Brenton sempat terjatuh di turunan panjang berkelok selepas kota Kefamenanu pada etape dua. Tangan kanan dan bahunya cedera, namun ia tetap melanjutkan perjalanan sampai finis.
Ïni rute yang bagus buat para climber, tapi mereka yang kuat di sprint juga bisa tampil bagus di sini. Rutenya benar-benar menantang,” tuturnya di titik start sebelum memulai etape ketiga di Atambua, Jumat (12/9/2025).
Manajer tim Malaysia Pro Cycling Ryan Ariehaan mengatakan, jarak 175,6 kilometer dengan elevasi total mencapai 4.630 meter di lapangan menciptakan banyak tanjakan dan turunan ekstrem. Ia sempat khawatir banyak pembalap akan rontok di etape-etape awal karena balapan masih tujuh etape lagi.
“Kemarin etape pertama sudah langsung 200 kilometer lebih dengan elevasi sampai 4.000-an meter, itu lumayan berat. Ketahanan pembalap langsung diuji, semoga pada etape berikutnya semua tetap bertahan, nggak pada sakit,” tuturnya.
Setelah real start lima kilometer dari kota Atambua, dua pembalap berusaha breakaway namuan segera tertangkap pleton. Keluar dari hutan jati sekitar 10 kilometer, giliran lima pembalap melesat meninggalkan pleton, yaitu John Patrick Sarmiento (7Eleven), Zulfikri bin Zulkifli (Malaysia Pro Cycling), Muhammad Abdurrohman (JPC), Abyan Tsabitah (NC Pro), dan Muhammad Andy Royan. Mereka sempat meninggalkan peloton dengan selisih 15 detik lalu tertangkap kembali dalam kecepatan 50 km/jam di jalan datar.
Di kilometer 10, empat pembalap breakaway meninggalkan pleton 40 detik, yaitu Ronnilan Villa Quita (GFG), Brendon Green (CDF), Rohman, dan Abiyan. Mereka terus mempertahankan posisi dan menambah jarak ke pleton sampai 2,05 menit. Pada jarak 45 km dari real start selisih jarak antara pembalap leader dengan pleton sudah 4,36 menit.
Selepas hutan jati di Ekafalo, jalanan mulai berkelok menanjak. Di sini banyak pembalap mengalami masalah teknis sepeda. Pleton terbagi menjadi tiga kelompok. Jalan berkelok turun naik (rolling) terus menguras energi pembalap sampai memasuki Soe pukul 11.20 WITA.
Pembalap Kronospeed Paris Louis Buffin finis pertama, diikuti pembalap Universe Belanda Kenny Cornelis, dan tempat ketiga pembalap Kronospeed Axel Herbert.
Pembalap terbaik Indonesia diraih Ilham Zikri Ramadan (Nusantara BYC), pembalap muda terbaik M Syelhan Nurahmat (Garuda Devt). Sementara Muhammad Herlangga (Nusantara BYC) berhasil mempertahankan gelarnya sebagai raja tanjakan.
Dengan perolehan waktu individual tercepat, Kenny Cornelis berhak mengenakan jersey kuning, sementara jersey hijau dikenakan Louis Buffin.
Rombongan disambut Bupati Timor Tengah Selatan Eduard M Lioe beserta jajaran Forkopimda TTS. Para pembalap juga diterima dengan ritual netoni berupa salam penyambutan dari tetua adat menggunakan bahasa dawan.
Dari Soe, rombongan dan seluruh perlengkapannya diangkut dengan mobil kembali ke Kupang untuk menyeberang ke Pulau Sumba melalui Pelabuhan Tenau. Pelayaran berlangsung semalaman dengan KMP Dharma Kartika V menuju Pelabuhan Waingapu.
WhatsApp Unknown 2025-09-13 at 5.42.08 AM
Bazar UMKM
Setiba di Waingapu, pembalap langsung bersepeda bersama menuju Kampung Raja Prailiu. Di sana rombongan diterima Kepala Dinas Pariwisata Noldy Hosea Pellkila, Wakil Bupati Sumba Timur Yonathan Hani, Sekda Sumba Timur Umbu Ngadu Ndamu, perwakilan Bank Mandiri, dan Ketua Adat Kampung Raja Prailiu Umbu Remi.
Para pembalap juga disuguhi tarian Kabokang dan Kadingang yang dinamis, diiringi musik tetabuhan gong dan kendang dengan lengkingan teriakan khas dari para penabuh. Beberapa pembalap asing tampak mengagumi kain tenun Sumba yang terpampang dan dijual di rumah adat.
Sebagaimana di sejumlah bazar UMKM yang digelar di sekitar lokasi finis etape terdahulu, pembalap dan ofisial tim cukup antusias membeli produk tradisional yang ditawarkan di kampung adat. Tak sedikit yang membeli kain atau ikat kepala meski sudah mendapatkannya sebagai cenderamata penyambutan.
Pada Minggu (14/9/2025), para pembalap akan menempuh etape keempat Tanarara-Waingapu sejauh 110,2 km. Pembalap terlebih dulu diangkut menuju Bukit Tanarara dan memulai lomba dari situ menuju Waingapu dan melakukan beberapa putaran (loop) kelliling kota. (*)