Etape Kemanusiaan di Ende

dim09427
Memasuki kota Ende, Flores, para pembalap Tour De Entete menjalani etape kemanusiaan, Kamis (18/9/2025). Para pembalap menyerahkan seluruh hadiah yang didapat kepada korban bencana banjir bandang di Kabupaten Nagekeo. FOto: Dimas Basudewo/tourdeentete.com

Menjelang tengah malam, Rabu (17/9/2025) rombongan pembalap, ofisial, dan panitia Tour De Entete tiba di daratan Flores setelah berlayar dari Pulau Sumba. Dari Waingapu, rombongan menyeberang ke Ende dengan KM Dharma Rucitra VIII dengan lama waktu pelayaran sekitar enam jam.

whatsapp image 2025 09 18 at 7.30.37 am

Turun dari kapal di Pelabuhan Ipi, rombongan pembalap bergerak menuju Universitas Flores.Mereka disambut Rektor Universitas Flores Wilibrodus Lana Mana dan seluruh insan kampus. Di halaman kampus digelar ramah tamah yang menghadirkan aneka penganan tradisional Ende dan kopi Flores yang termasyhur.

dim09400 (1)

Dari kampus, para pembalap bergerak menuju titik start di depan kantor Kecamatan Onelako lalu berpacu mengeliling kota tiga kali menempuh jarak 17,1 kilometer dan finis di Lapangan Pancasila. Dengan kecepatan rata-rata 42,5 km per jam, pembalap menyelesaikan etape tersebut kurang dari setengah jam. Warga Ende tumpah ruah ke jalan-jalan menyaksikan para pembalap beraksi. 

Etape kemanusiaan

Terjadi perubahan besar dalam rencana perjalanan Tour De Entete. Semula dirancang etape tujuh adalah Larantuka Maumere, dilanjutkan Maumere-Ende, dan seterusnya. Namun dalam perjalanan, Gubernur NTT Melkiades Laka Lena memutuskan mengubah rencana tersebut karena letusan Gunung Lewotobi dan longsor di ruas jalan Maumere-Ende. 

dsc00255

Dari koordinasi gubernur bersama panitia, panel commisaire (pengawas lomba), dan manajer tim diputuskan sejumlah rencana rute. Namun saat rombongan sedang mempersiapkan keberangkatan etape satu di Kupang, terjadi lagi musibah banjir bandang di Kabupaten Nagekeo, Flores. 

Banjir bandang melanda sejumlah desa di Kecamatan Mauponggo, Nangaroro, Boawae, dan Keo Tengah. Bencana tersebut menelan korban jiwa sembilan orang dan tiga lainnya hilang, ribuan rumah dan infrastruktur rusak, serta 18 desa terisolasi.      

68c79401c3744
Bencana banjir bandang di Kabupaten Nagekeo, Flores.
Foto: BPBD Maumere.

Merespons bencana tersebut, Gubernur Melki dan panitia memutuskan kembali mengubah rencana perjalanan Tour De Entete. Satu etape ditambahkan di Pulau Sumba, yaitu Tambolaka-Waingapu dan satu lagi etape kemanusiaan digelar di kota Ende. Pada etape ketujuh itu pembalap start dari Kecamatan Ndona dan berjalan mengeliling kota tiga kali menempuh jarak 17,1 kilometer.

“Dari lomba balap sepeda ini kita belajar bahwa ada naik turun juga dalam kehidupan. Saat kita berada di atas, saat itu pula kita dapat membantu mereka yang kurang beruntung seperti korban bencana alam ini. Bukan cuma prestasi yang dikejar dalam lomba ini, namun juga nilai-nilai kemanusiaan yang ada dalam lomba juga perlu kita gali bersama. Etape kemanusiaan ini menjadi relevan di tengah bencana alam yang terjadi saat lomba sedang berlangsung,”tutur gubernur di titik finis etape kemanusiaan di Ende. 

dsc09998

Gubernur lalu mengajak hadirin menyanyikan potongan lagu ‘Heal the World’ dari Michael Jackson. Para pemenang di etape ini memutuskan mendonasikan seluruh hadian yang didapat untuk korban bencana di Nagekeo. Hadiah berupa uang yang masih di dalam amplop langsung dikumpulkan dan diserahkan kepada gubernur.

Selain itu, panitia mengedarkan kotak donasi kepada seluruh hadirin di garis finis di Lapangan Pancasila, Ende. Nilai total donasi yang terkumpul spontan saat itu sejumlah Rp 109.646.000.   Selanjutnya para manajer tim bersama Kepala Dinas Pariwisata NTT Noldy Hosea Pellokila  menyerahkan langsung donasi tersebut kepada korban terparah di Kecamatan Mauponggo. 

dim05417

Pemenang etape ketujuh Matej Drinovec senang bisa berbagi dengan korban bencana alam di Nagekeo. Ia berharap bantuan itu dapat sedikit meringankan beban para korban dan mereka juga terhibur dengan kedatangan pembalap dari 12 negara dalam 16 tim di Ende.

“Kami apresiasi sambutan warga yang begitu hangat dan pemandangan luar bisa selama lomba. Kami senang dapat memberi sedikit bantuan kepada para korban bencana. Semoga bantuan ini dapat sedikit meringakan beban mereka,” tuturnya.

Kenny Cornelis, pemegang jersey kuning Komodo berharap hasil donasi itu juga dapat memulihkan para korban dan membantu memperbaiki kondisi sulit yang dihadapi di lapangan.  

Donasi diantar langsung oleh pembalap Prancis, Maxime Marthin, pembalap Mesir Omar Walid Elbehiry perwakilan manajer Pontianak Wijaya Racing,  Euggelizo Hosana Maranatha bersama Ketua Panitia Noldy Pellokia dan Manajer Event Jannes Eudes Wawa di Posko Penanggulangan Bencana Nagekeo di Kantor Camat Mauponggo.

3348e7d1 87c7 46fa 8fb4 6810952e7d58

Omar Walid dan Maxime yang mewakili para pembalap mengaku prihatin dan terpanggil atas peristiwa kemanusiaan yang terjadi di Mauponggo, Nagekeo. Bantuan diterima Wakil Bupati Nagekeo Gonzalo Gratianus Muga Sada di Posko Kantor Camat Mauponggo.

 

Lumrah terjadi 

Presiden of Commisaire Panel Budi Azwar mengatakan, perubahan rute dalam lomba adalah hal yang lumrah terjadi karena berbagai sebab, diantaranya force majeure seperti bencana alam. 

“Sebagai contoh, Vuelta Espana baru saja membatalkan etape terakhir karena suatu sebab. Lomba sekelas World Tour seperti itu saja dapat berubah karena berbagai sebab, jadi perubahan yang dilakukan seperti di Tour De Entete sangat lumrah dan sudah kita komunikasikan bersama manajer tim dan panitia,” tuturnya.

whatsapp image 2025 09 18 at 8.34.06 am

Budi menjelaskan, etape kemanusiaan di Ende tetap diperhitungkan sebagai lomba etape dengan sejumlah hadiah bagi pemenangnya. Namun hasil etape tersebut tidak dimasukkan  dalam penghitungan klasemen umum lomba sesuai ketentuan UCI.

Pada etape ketujuh ini, Matej Drinovec (Net Velovit) keluar sebagai pemenang dalam waktu 23,59 menit. Ia disusul John Patric Sarmiento (7Eleven), dan Deska Raya Adya (Garuda Development). Adapun intermediate sprint di km 5,7 dan raja tanjakan di km 11,4 dimenangkan Deska Raya Adya. Pembalap berusia 17 tahun itu sekaligus memegang gelar pembalap Indonesia terbaik. (*)