Keindahan Tanarara di Pulau Sumba benar-benar menyihir para pembalap dan seluruh ofisial tim peserta lomba balap sepeda internasional Tour De Entete 2025. Para pembalap begitu menikmati rute etape empat yang menempuh jarak 105 kilometer dari Waingapu ke Bukit Tanarara, Minggu (14/9/2025).
Perjalanan menuju titik start di Desa Karipi, Kecamatan Matawai La Pawu, Kabupaten Sumba Timur membuka perkenalan Bukit Tanara dengan para pembalap yang datang dari 12 negara. Desa itu terletak sekitar 65,5 kilometer dari Waingapu menyusuri jalan aspal mulus ke arah selatan.
Keluar dari kota, jalan menanjak landai. Tepian jalan yang dipagari semak belukar dan pepohonan meranggas mulai terbuka. Tak lama kemudian, perbukitan gersang berlapis-lapis memenuhi lanskap permukaan bumi berpadu dengan langit biru bersepuh gumpalan awan.
Lembah ngarai menyembunyikan padang-padang sabana tempat bergemuruhnya kaki kuda sandellwood (kuda Sumba yang terkenal itu) yang berkelana di musim kemarau. Sebanyak 72 pembalap seperti tersihir oleh keindahan alam tanah merah, arti kata Tanarara, yang seperti di permukaan bulan.
“Pemandangannya memang luar biasa, apalagi kami tidak berpacu dalam 40 kilometer pertama. Jadi kami benar-benar bisa menikmati pemandangannya,”tutur Kenny Cornelis Ernst Nijseen, pemegang jersey kuning dari tim Universe, Belanda.
Sampai di Karipi, rombongan disambut dengan tarian adat Kabokang yang dibawakan anak-anak muda setempat. Gubernur NTT Melkiades Laka Lena didampingi Bupati Sumba Timur Umbu Lili Pekuwali lalu melepas pembalap start pukul 11.30 WITA.
Para pembalap berjalan dalam pleton besar sampai 40 kilometer untuk memulai real start. Kesempatan itu benar-benar digunakan mereka menikmati alam Tanarara. Apalagi jalan relatif menurun dengan sedikit tanjakan landai di beberapa bagian.
Di pinggiran jalan, di puncak-puncak bukit, warga keluar rumah dan menonton lajunya para pembalap dan konvoi yang mengikutinya. Sesekali tersengar sorak sorai dan teriakan dengan lengkingan tinggi khas warga Sumba.
Beberapa pembalap sempat mengalami masalah teknis namun teratasi dengan segera bergabung dengan pleton. Kecepatan rata-rata sekitar 45 km/jam.
Sumba Timur memiliki bentang alam yang indah dengan deretan bukit dan lembah ngarai nan mempesona. Pulau terindah di dunia ini kerap dikunjungi para artis, wisatawan mancanegara, bahkan kerap dijadikan prewedding bagi calon pengantin baru. Karena kemolekan pesonanya, ada yang rela merogoh kocek dan jauh-jauh dari Jakarta, Bandung, Surabaya hanya untuk membuat foto prewedding di Sumba Timur dengan latar punggung bukit dan hamparan padang sabana.
Setelah real start di kilometer 40, lima pembalap breakaway meninggalkan pleton besar. Kelimanya terus memperlebar jarak dengan pleton sampai mencapai empat menit saat memasuki pusat Kota Waingapu. Pembalap lalu berputar kota sebanyak sepuluh putaran hingga finis di Kantor Bupati Sumba Timur.
Warga Waingapu memenuhi pinggiran jalan menyaksikan lomba tersebut. Sebagian juga mengabadikan momen itu atau membuat siaran langsung di media sosial.
Pembalap Malaysia Pro Cycling Ariff Danial Bin Noor Roseidi dengan nomor punggung 31 menyentuh finis pertama disambut riuh para penonton, disusul Tynan John Skannon (Cycling Development Foundation, Australia) dengan nomor punggung 23 dan John Patrikck Sarmiento Pagtaluna (7 Eleven Cliqq Roadbike, Filipina) dengan nomor punggung 3.
Selain juara sprint atau kecepatan perorangan, panel komisair juga menetapkan juara umum (General Classification) sementara pada 4 etape yang telah dilalui. Kenny Cornelis tetap mempertahankan jersey kuning di tempat teratas sebagai pembalap tercepat, sedangkan pengumpul point terbanyak (Point Classification) atau jersey hijau adalah Louis Buffin dari Kronospeed Paris.
Adapun jersey polkadot untuk raja tanjakan tetap dipertahankan Muhamad Herlangga dari Nusantara BYC.
Pembalap muda terbaik (jersey putih) sementara masih dipegang Muhammad Syelhan Nurahman. Pembalap Garuda Development itu menjadi yang terbaik diantara 18 pembalap muda (di bawah 23 tahun) yang mengikuti tur.
Pembalap Indonesia terbaik (jersey merah) juga masih dipegang Muhammad Raihan Maulidan (Pontianak Wijaya Racing).
Ajak keluarga ke Sumba
Bupati Sumba Timur Umbu Lili Pekuwali dalam sapaannya mengatakan, etape 4 dengan jarak tempuh 105,8 kilometer rute Tanah Rara-Waingapu berjalan lancar berkat kerja sama yang baik antara penyelenggara, pemerintah, para wasit, aparat keamanan serta masyarakat. Ia berharap Tour de Entete yang sangat menghibur itu berlanjut pada tahun mendatang.

“Balap sepeda ini baru pertama di Sumba tapi langsung kelas internasional. Dan, kita sukses menyelenggara itu berkat partisipasi semua pihak. Ini tidak sekadar rangkaian kegiatan tapi ajang promosi pariwisata Sumba Timur,” katanya.
Umbu Lili mengatakan, Sumba Timur paling beruntung mendapat tiga kali etape sebagai titik start, lintasan dan finis.
“Ini tidak hanya olahraga tapi hiburan bagi masyarakat yang menyaksikannya. Besok di Sumba Timur menjadi titik start etape 5 Waingapu-Tambolaka dan lusa kita menjadi tempat finis etape 6 Tambolaka- Waingapu. Masyarakat puas menonton dan ini luar biasa dan kita patut berterima kasih kepada Gubernur dan jajaran serta penyelenggara dan semua pihak yang terkait melancarkan event balap sepeda Tour De Entete ini,” katanya.
Sementara Wakil Bupati Yonathan Hani berterima kasih kepada semua pihak, teristimewa para pembalap dari 12 negara yang terlibat. Hani berharap para pembalap dan ofisialnya mewartakan keindahan alam Sumba Timur kepada sanak keluarga dan sahabat kenalan di negara masing-masing, sekembalinya dari Sumba.
“Para pembalap juga kami harapkan datang kembali sebagai wisatawan di musim liburan. Kita dapat bertemu lagi sebagai keluarga,” tuturnya disambut tepuk tangan para pembalap dan rombongannya. (*)
.